Jakarta – Berdasarkan data statistik, sebanyak 40.000 dari 4 juta bayi di Indonesia mengidap penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yang dibawa anak sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna sejak masih janin.
Peningkatan jumlah anak-anak dengan penyakit jantung bawaan yang dapat bertahan hidup sampai dewasa terjadi karena dunia bedah, medis, anestesi, dan perawatan jantung intensif berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Ketika memasuki fase dewasa, pasien akan membutuhkan pemantauan reguler dan intervensi bedah lanjutan.
Spesialis penyakit jantung anak dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Prof. dr. Ganesja Harimurti SpJP (K), mengatakan COVID-19 dapat memperparah kondisi penyakit jantung bawaan anak.
“Gejala COVID-19 pada anak biasanya demam ringan, batuk, ingusan, dan nyeri tenggorokan. Biasanya juga disertai gejala masalah perut seperti muntah dan diare. Perjalanan infeksi COVID-19 lebih parah pada anak-anak dengan kelainan penyerta, termasuk yang sebelumnya dioperasi jantung. Meskipun belum ada laporan kematian,” ujar Ganesja.
Oleh karena itu, dia meminta agar anak diajarkan menaati protokol kesehatan di mana pun berada, mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Jika anak dengan penyakit jantung bawaan terinfeksi COVID-19, maka perlu dilihat dulu mana yang perlu ditangani lebih dulu.
“Apakah penyakit jantung bawaan atau akibat dari infeksi COVID-19-nya. Setelah tahu, baru kita ambil tindakan,” terangnya.
Penyakit jantung bawaan, kondisi terjadinya satu atau lebih kelainan maupun masalah dengan struktur atau fungsi jantung sejak lahir (kongenital). Pada kasus penyakit jantung bawaan dapat terjadi kemungkinan kondisi abnormal terhadap fungsi jantung di dalam tubuh, misalnya penyumbatan aliran darah, perlambatan aliran darah, atau jalur aliran darah yang tidak semestinya.
sumber: https://gaya.tempo.co/read/1427996/hati-hati-covid-19-perparah-penyakit-jantung-bawaan-pada-anak/full&view=ok