Palangka Raya – Salah satu lomba dalam rangkaian Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2024 yaitu Lomba Perahu Hias. Tema Lomba Perahu Hias yang diusung yaitu “Alamku Indah, Religius, Kuat dan Hebat”.
Dalam lomba perahu hias Kabupaten Murung Raya (Mura) mengusung tema Johi Kuta Lowu Korong Pinang yang artinya Menumbuhkan Cinta kepada Alam, Lingkungan dengan memaknai dan mengilhami visi Kalteng Berkah, yaitu Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah, dan Harmonis, serta turut ikut serta melaksanakan berbagai misi, salah satunya ialah, Meneguhkan Kalteng yang Beriman, Berbudaya dan berkesetaraan gender.
Koordinator tim Perahu Hias, Kabupaten Mura Idontori menyampaikan, Kabupaten Murung Raya mengusung tema Johi Kuta Lowu Korong Pinang sebagai tematik artistik dalam lomba perahu hias tersebut. Johi dalam bahasa Dayak Siang merupakan pilar penyangga utama yang terbuat dari kayu ulin, gunanya untuk menjaga ketahanan pilar agar tetap berdiri tegak dan kokoh sepanjang masa. Dengan begitu, dalam proses pengambilan atau penggunaan kayu ulin dari Alam pun tidak lah sepele bagi suku Dayak Siang.
“Sebelum pemotongan atau pengambilan kayu ulin, dilakukannya prosesi ritual sesuai dengan nilai-nilai ritus tradisi yang cukup kuat seperti, nawui bojah sebagai bentuk ungkapan doa dan ijin kepada Leluhur, lingkungan, dan Alam Semesta Raya yang telah menyediakan sumber daya alamnya, agar bermanfaat, salah satunya, digunakan sebagai johi,” kata Idontori di Palangka Raya, Minggu (26/5/2024).
Sedangkan Kuta Lowu Korong Pinang lanjut dia, adalah mandala identitas sekaligus sebagai pagar pertahanan yang memiliki kedigdayaan leluhur suku Dayak Siang. Oleh sebab itu, tim kesenian perahu hias dari Kabupaten Murung Raya menginterpretasi makna dari Johi tersebut sebagai Johi Integritas dan Kuta Lowu Korong Pinang sebagai mandala identitas yang merujuk pada keberlangsungan perilaku terhadap lingkungan, alam, serta mencerminkan komitmen yang teguh terhadap nilai-nilai ritus tradisi leluhur Suku Dayak Siang.
“Dalam perangkaian karya pada bentuk perahu hiasanya, beranjak dari historis lokal, yakni Lobata Daring, yang hingga saat ini masih dipercayai oleh Suku Dayak Siang,” jelasnya.
Menurut kepercayaan Dayak Siang, Lobata Daring adalah seekor naga besar yang pada mulanya bermukim di Lowu Tujang, Kabupaten Murung Raya.
“Lebih sering dikenal sebagai sebutan Kali Lobata. Kali dalam bahasa Dayak Siang berarti digali/dikeruk oleh Naga,” ungkap Idontori.
Maka dapat disimpulkan bahwa Kali Lobata adalah sebuah tempat/lokasi yang dibentuk oleh Naga tersebut. Dengan begitu dalam konteks spiritual maupun histioris realitas. Naga ini dipercaya memiliki hubungan yang begitu dekat dengan manusia, dalam kepercayaan Suku Dayak Siang sendiri disebut sebagai sahabat (Gaduhan).
Dari historis lokal tersebutlah hadir sebuah karya kreativitas yang berani, luhur, dan menguak kembali cerita masa lampau, dan divisualkan menjadi Perahu Hias, yang dinamakan Perahu Lobata. Johi integritas juga diartikan sebagai simbol kekuatan, kejujuran atau Integritasi yang ada di Kabupaten Murung Raya dalam mencegah dan melawan tindakan menyimpang, yang berdampak buruk terhadap keseimbangan alam dan lingkungan.
Sehingga alam Murung Raya tetap berdiri tegak, asri dan lestari sepanjang masa. Johi integritas memiliki 9 elemen kekuatan yang terdiri dari: Jujur, Mandiri, Bertanggung Jawab, Berani, Sederhana, Peduli terhadap lingkungan, Disiplin, Adil dan Kerja Keras.
“Karya atraksi seni yang berpijak pada sub tema Johi Kuta Lowu Korong Pinang merupakan hasil dari pada eksplorasi kreativitas yang bersumber kepada Alam, lingkungan, dan ritus tradisi, dengan melalui pengemasan seni pertunjukan, yang terdiri dari tari dan musik,” imbuhnya.
sehingga pada visualisasinya menyajikan ragam gerak tari kreasi dengan pendekatan metode eksplorasi gerak, mengenai esensi pada Johi Kuta Lowu Korong Pinang dan menjunjung kembali nilai kepedulian terhadap lingkungan.
Namun tetap berpijak pada gerak tari tradisi Dayak Siang, yakni tantulo, kinyah, stasai, dan deder. Adapun dengan iringan musik pada tarian terdiri dari bunyi-bunyian tradisi yang menyatu, sesuai dengan tari yang disajikan.
“Oleh karena itu diharapkan melalui karya seni ini, mampu memberikan kontribusi visual bagi audience yang memiliki rasa keingintahuan lebih tentang tradisi lokal Kalimantan Tengah, serta menumbuhkan kesadaran atau rasa cinta yang luar biasa terhadap Alam, Lingkungan dan Seni Budaya para leluhur,” pungkasnya.(ry)